Posted by : chemistman
Sunday, September 18, 2016
guys! by the way,, kalo lagi bosan enaknya baca cerpen kan
hahahah
well kali ini admin mau ngepos cerpen ni, boleh di baca, boleh juga di copas asal jangan di ganti pengarangnya ya... hhehehe:)
Biji Kecerobohan
Oleh: Ridwan
Alfatah
Sorotan sinar mentari menghidupkan
suasana yang damai pagi ini. Embun pagi berkilau diterpa sinar sang surya.
Burung-burung bernyanyi riang diselingi rindangnya pepohonan. Lambaian angin
pagi mengajak kaki Rasya untuk melangkah pagi ini. Langkah demi langkah pun
tertata rapi menuju gudang harapan para insan yang madani. Disana semua
berkumpul melahap secercah sinar harapan.
“selamat pagi anak-anak,” sapa bu
Ranti dengan hangat.
“pagi bu guru,” gema semua murid
dikelas kecuali rasya yang hanya
tertunduk seolah sedang menghadapi beban yang sangat berat.
Bu ranti menghampiri rasya dan menanyakan tentang hal yang
sedang difikirkan rasya.
“rasya, ada yang bias ibu bantu?”
Tanya bu ranti.
“mmp, anu bu, saya kayaknya sudah melupakan
sesuatu yang penting hari ini, tapi saya lupa apa dan dimana barang itu,” kata
rasya kebingungan.
“yasudah, nanti kamu pikirkan lagi
ya, sekarang kita mulai pembelajarannya ya?”kata bu ranti. Rasya hanya
mengangguk dan bur anti melanjutkan pembelajarannya.
Jam
pelajaran silih berganti seiring waktu, bel berteriak menandakan jam
pembelajaran hari ini sudh usai, rasya bergegas dan mulai melangkah pulang. Tak
ada satu materipun yang ia ingat hari ini. Hanya lamunan yang menghiasi harinya
di sekolah. Derap langkah rasya yang semakin menjauhi sekolah nya dihiasi
dengan wajah kebingungan seolah badai yang besar baru saja menerpanya.
Seketika
lamunannya hilang dengan sekawanan burung yang berkumpul ditepi jalan yang
dilewatinya. Langkahnya terhenti, seolah sekawanan burung itu memberikan
isyarat akan masalahnya. Waktu seakan terhenti, air berhenti mengalir dunia
hening bagai ruang angkasa raya yang hampa udara. Sekawanan burung itu
merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang ada di benak rasya. Biji
bunga Matahari yang merupakan tugas kelompok rasya kini sudah raib dimakan
burung. Hanya tersisa beberapa biji saja. Rasya mencoba menghalau sekawanan
burung itu dan mengumpulkan sisanya. Namun, tentu itu kurang dari cukup.
Dengan
perasaan cemas, rasya pulang dan membawa sekantung biji sisa yang berhasil ia
dapatkan.
“lisa!, iya! Mungkin dia tahu
dimana aku dapat mengganti biji-biji ini”, kata rasya penuh harap.
Rasya
mempercepat langkah kakinya ke rumahnya dan bergegas ke rumah lisa. Langkahnya
seakan terbang mengikuti rumah lisa.
“Assalamualaikum, lisa, lisa”, kata
rasya sambil menggedor pintu rumah lisa.
“iya! Sebentar”, kata lisa.
“oh, kamu toh Ra, aku pikir siapa
toh”, lanjut lisa.
Dari dalam rumah lisa terdengar suara mamaknya lisa,”
” katanya.
“Rasya mak”, jawab lisa.
“
”,kata mamak lisa.
“inje mak”, sahut lisa.
“tu Ra, mamak aku suruh masuk”,
kata lisa.
Keluarga
lisa memang unik, mamaknya asli orang Aceh dan ayahnya orang Bandung. Lisa pun
mengerti 3 bahasa jadinya.
“gak apa lis, jadi gini, biji bunga
matahari yang kamu kasih buat tugas kelompok kita terjatuh pas aku lagi sekolah
tadi, jadi semuanya dimakan burung. Aku mau menggantinya, tapi nggak tau dimana
belinya”, kata rasya dengan nada lirih.
“ya ampun, Ra. Aku nggak tau dimana
ayah belinya, lagian aku minta belikan pas beliau lagi di Bogor”, kata lisa.
“oalah, gimana ya lis, sebenarnya
tadi aku mau memberikannya sama Erdo, tapi aku malah menjatuhkannya di jalan
tadi pagi, jadi gimana ni?’’ kata rasya kebingungan.
“aku gak tau Ra, coba Tanya
kelompok lain, mungkin mereka tau dimana kamu dapat belinya” kata lisa.
“okeylah, lis. Besok aku tanyak,
pulang dulu ya lis, bye!”, kata rasya.
Hari itu seolah berubah menjadi
hari yang kelabu, hal yang membuatnya bingung kini sudah di ketahuinya. Namun
permasalahan baru sedang menghadang di depannya. Tugas kelompok yang akan
mereka kerjakan merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan, sehingga rasya
sangat merasa bersalah.
Sepanjang hari rasya hanya
memikirkan cara untuk mengganti biji bunga matahari itu. Dalam kebingunganya
dia berusaha mencari jalan keluarnya.
“kok bias jatuh ya? Padahal aku
tarknya di tas, dan tas aku nggak bolong kok? Kok bias ya?” Tanya rasya di
dalam hatinya.
Rasya yang kebingungan kini duduk
di ruang keluarga di rumahnya.
“ini nak, makan siang sudah siap,
makan dulu”, kata mama rasya dari dapur.
“iya bu”, kata rasya.
Butiran putih bersih yang kenyal
itu, perlahan habis dilahap rasya. Rasya yang kekenyangan merasa mengantuk dan
melihat tempat tidurnya seakan menyambut kedatangan rasya.
“tenot, tenot, tenot, tenot”
Teriakan Hp rasya membangunkannya
dari tidur siangnya.
“rasya, ni aku Erdo, tugas kelompok
kita gimana, kata lisa sama kamu ya?”
“itu masalahnya, kantung bijinya
jatuh tadi pagi, padahal aku emang mau kasih sama kamu Do”, kata rasya yang
masih mengantuk.
“ahahahahahaha, jatuh? Tadi pagi
pas aku kesekolah, justru aku lihat kamu menentengnya pas ke sekolah, kalo
nggak salah, jalan yang dekat taman kota itu lho”, kata Erdo.
“ ya ampun, aku baru ingat! Aku
menaruhnya di tanah pas tali sepatuku lepas jadi aku benarin sepatu dulu, aku
lupa ambil!, ya Allah”, kata rasy kesal.
“so, how rasya ksatria pratama?
Masa kita gak ngerjain tugas?, kata Erdo.
“tenang aja, aku lagi cari
solusinya ni”, kata rasya.
“okeylah, udah dulu ya, semoga
cepat dapat yang baru, bye Ra!” kata Edo.
Kecerobohan rasya kini menimbulkan
masalah besar, seluruh anggota kelompoknya kini terancam tidak dapat nilai.
Berbagai cara dilakukan untuk mempertanggungjawabkan apa yang ia perbuat.
~selesai~