Archive for October 2016

sedih gak lolos, padhal udah  yang ke 2 kalinya ikut seleksi tapi gak apalah, gak rejeki.
sahabat chemist kali ini kami mau post contoh essay buat seleksi parlemen remaja ni, walaupun gak lolos tapi gak ada salahnya juga berbagi...

Tema: Gagasan Peningkatan Hasil Pertanian Untuk Ketahanan Pangan Nasional
oleh:    Ridwan Alfatah
Era Baru Revolusi Hijau Bumi Pertiwi Sebagai Wujud Paradigma Ketahanan Pangan Nasional
Indonesia merupakan negara agraris dan salah satu negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah. Pada dasarnya banyak hasil bumi yang dapat digunakan untuk memajukan dan membuat Indonesia menjadi negara yang maju dan mandiri.Indonesia memiliki potensi sumberdaya alam, termasuk plasma nutfah yang melimpah (mega biodiversity).Biodiversity darat Indonesia merupakan terbesar nomor dua di dunia setelah Brasil, sedangkan bila termasuk biodiversity laut maka Indonesia merupakan terbesar nomor satu di dunia.Hal ini dapat dilihat dengan beragamnya jenis komoditas pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan yang sudah sejak lama diusahakan sebagai sumber pangan dan pendapatan masyarakat.  Keanekaragaman hayati yang didukung dengan sebaran kondisi geografis berupa dataran rendah dan tinggi, limpahan sinar matahari dan intesitas curah hujan yang hampir merata sepanjang tahun di sebagian wilayah, serta keaneka ragaman jenis tanah memungkinkan dibudidayakannya aneka jenis tanaman dan ternak asli daerah tropis, serta komoditas introduksi dari daerah subtropis secara merata sepanjang tahun di Indonesia.
Di samping itu, Indonesia juga memiliki potensi ketersediaan lahan yang cukup besar dan belum dimanfaatkan secara optimal. Data dari kajian akademis yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air, Kementerian Pertanian pada tahun 2006 memperlihatkan bahwa total luas daratan Indonesia adalah sebesar 192 juta ha, terbagi atas 123 juta ha (64,6 persen) merupakan kawasan budidaya dan 67 juta ha sisanya (35,4 persen) merupakan kawasan lindung. Dari total luas kawasan budidaya, yang berpotensi untuk areal pertanian seluas 101 juta ha, meliputi lahan basah seluas 25,6 juta ha, lahan kering tanaman semusim 25,3 juta ha dan lahan kering tanaman tahunan 50,9 juta ha. Sampai saat ini, dari areal yang berpotensi untuk pertanian tersebut, yang sudah dibudidayakan menjadi areal pertanian sebesar 47 juta ha, sehingga masih tersisa 54 juta ha yang berpotensi untuk perluasan areal pertanian.Jumlah luasan dan sebaran hutan, sungai, rawa dan danau serta curah hujan yang cukup tinggi dan merata sepanjang tahun sesungguhnya merupakan potensi alamiah untuk memenuhi kebutuhan air pertanian apabila dikelola dengan baik.Waduk, bendungan, embung dan air tanah serta air permukaan lainnya sangat potensial untuk mendukung pengembangan usaha pertanian.Kondisi ini jelas belum tentu dimiliki oleh negara lain. Cukup membanggakan bukan?
Kendati bangsa Indonesia sangat kaya akan hasil buminya, namun sebagian besar rakyatnya justru hidup dalam kemiskinan dan jauh dari taraf kesejahteraan. Masih banyak rakyat Indonesia yang belum mencicipi hasil dari tanah tempat mereka berpijak selama ini.Berdasarkan hasil penelitian terakhir dari Organisasi Pangan Dunia (FAO), diperkirakan sebanyak 19,4 juta penduduk Indonesia masih mengalami kelaparan. Negara yang kaya hasil buminya justru menjadi negara yang tertinggal dari negara-negara tetangga. Kondisi ini akan terus terjadi jika Indonesia masih terus mengimpor bahan pangan dari mereka.
Menyedihkan dan miris memang mendengarnya.Namun ini seakan jadi fenomena yang sudah tidak asing lagi bagi rakyat Indonesia.jadi, wajar jika ada pertanyaan apa yang terjadi sebenarnya? Banyak faktor yang dapat menyebabkan rakyat menjadi sengsara di tengah kekayaan alam Indonesia.Salah satunya adalah pengelolaan negara yang masih keliru atau bahkan salah.
Kebutuhan pangan di dunia semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.Pertumbuhan penduduk ini mengkibatkan berbagai permasalahan diantaranya kerawanan pangan.Di Indonesia sendiri, permasalah pangan tidak dapat kita hindari, walaupun sebagian besar penduduknya adalah petani.Pertumbuhan penduduk lebih cepat dibandingkan dengan peningkatan hasil pertanian (pangan). Malthus (1766–1834)  berpendapat bahwa pertumbuhan penduduk mengikuti deret ukur (1, 2, 4, 8, 16, 31, 64, dan seterusnya), sedangkan hasil pertanian mengikuti deret hitung (1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15, dan seterusnya). Bertambahnya penduduk bukan hanya menjadi satu-satunya permasalahan yang menghambat untuk menuju ketahanan pangan nasional.Berkurangnya lahan pertanian yang dikonversi menjadi pemukiman dan lahan industri, telah menjadi ancaman dan tantangan tersendiri bagi bangsa Indonesia untuk menjadi bangsa yang mandiri dalam bidang pangan.
Peningkatan sektor pertanian masih menjadi PR untuk pemerintah dalam hal peningkatan ketahanan pangan nasional. Melihat potensi pertanian yang ada di Indonesia sendiri bukan tidak mungkin negara ini akan menjadi negara mandiri dalam hal pangan dan bahkan kembali menjadi salah satu negara pengimpor pangan terbesar di dunia.
Sudah sepatutnya kini Indonesia membuka kembali lembaran sejarah yang dapat dijadikan tolok ukur dan sarana mencapai kesejahteraan rakyat dalam hal pangan.Revolusi hijau yang pernah dikembangkan pada masa pemerintahan Soeharto merupakan jawaban terbaik mengingat potensi pertanian di Indonesia saat ini.Kesuksesan swasembada beras pada masa itu bahkan tidak hanya mencukupi kebutuhan pangan nasional saja.Namun mengatarkan Indonesia sebagai pengimpor beras terbesar yang diakui dunia pada waktu itu.Para petani dapat meningkatkan produksi pertaniannya.Daerah-daerah yang sebelumnya memproduksi hasil tanaman secara terbatas dan hanya untuk memenuhi kebutuhan minimum masyarakat, kini dapat menikmati hasil yang lebih baik berkat revolusi hijau.Kekurangan bahan pangan yang selama ini dialami telah berhasil diatasi.Bahkan ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi, sektor pertanian dapat bertahan dan menjadi pilar penyangga pertumbuhan ekonomi sehingga cukup banyak orang beralih ke sektor agribisnis.
Kesuksesan revolusi hijau mendasarkan diri pada empat pilar penting, yaitu:
1.      penyediaan air melalui sistem irigasi,
2.      pemakaian pupuk kimia secara optimal,
3.      penerapan pestisida sesuai dengan tingkat serangan organisme pengganggu
4.      penggunaan varietas unggul sebagai bahan tanam berkualitas.
Keempat pilar yang mendasari kesuksesan revolusi hijau tersebut merupakan tolok ukur pertama yang harus disiapkan sejak dini demi terwujudnya ketahanan dan kesiapan pangan di negeri tercinta ini. Hal ini kembali merujuk pada prinsip revolusi yang menuntut peremajaan pada era pertanian yang lebih moderen.
Intensifikasi Pertanian, merupakan salah satu taktik jitu untuk mewujudkan keempat pilar pembangun revolusi hijau ini. Kegiatan pengembangan produksi hasil pertanian dilakukan dengan menerapkan teknologi tepat guna ( panca usaha Tani) untuk tiap luas tanah pertanian.Intensifikasi Pertanian di Indonesia dikenal dengan namaPanca Usaha Tani yang meliputi; pemilihan bibit unggul, pengolahan tanah yang baik, pemupukan, Irigasi, dan pemberantasan hama.
Ekstensifikasi pertanian, juga tidak kalah pentingnya demi peningkatan hasil pertanian dan ketahanan pangan negara kita. Langkah ini dilandasi karena semakin sempitnya lahan potensial bagi sektor pertanian. Dengan merevolusi dan membuka lahan kritis menjadi lahan potensial masalah ini akan teratasi. Itulah poin utama yang dipaparkan pada metode ini.Misalnya mengubah lahan tandus yang ada di NTT menjadi lahan yang potensial yang dapat ditanami dengan aneka ragam jenis tanaman yang tentunya dapat membantu kondisi pangan mereka yang bisa dikatakan jauh dari kata layak untuk saat ini.
Selain itu untuk peningkatan hasil pertanian lainnya, Diversifikasi Pertanian merupakan solusi berikutnya. Metode ini mengedepankan usaha penganekaragaman jenis tanaman pada suatu lahan pertanian melalui sistem tumpang sari. Usaha ini menguntungkan karena dapat mencegah kegagalan panen pokok, memperluas sumber devisa, mencegah penurunan pendapatan para petani. Bahkan dengan metode ini Indonesia tidak hanya mendapatkan padi, akan tetapi juga berbagai pangan lainnya dengan satu lahan tanam. Dan jelas, kondisi pangan negara ini akan lebih dari cukup. Misalnya penanaman jagung pada lahan penanaman kacang tanah yang dilakukan oleh petani di Aceh Selatan belakangan ini. Disamping memperoleh kacang sebagai hasil utamanya, mereka juga dapat menjual atau hanya sekedar mengkonsumsi jagung dari lahan mereka tersebut.
Menoleh pada fakta bahwa hingga kini masih banyak lahan kritis di Indonesia, Rehabilitasi Pertanian merupakan usaha yang wajib dilakukan demi terwujudnya ketahanan pangan dan peningkatan hasil pertanian Indonesia. Bayangkan saja, bagaimana peningkatan pertanian bisa terwujud apabila masih banyak lahan yang belum dibenahi. Jadi, usaha ini berprinsip pada pemulihan produktivitas sumber daya pertanian yang kritis, yang membahayakan kondisi lingkungan, serta daerah rawan dengan maksud untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat di daerah tersebut. Usaha pertanian tersebut akan menghasilkan bahan makanan dan sekaligus sebagai stabilisator lingkungan.
Berbagai usaha yang dicanangkan dalam mewujudkan revolusi hijau diatas, merupakan strategi-strategi yang paling jitu untuk meningkatkan hasil pertanian demi ketahanan pangan nasional dengan kembali merujuk pada potensi lahan Indonesia dan dampak yang pastinya mampu mewujudkan ketahanan pangan nasional dinegara ini. Angka kelaparan akan berkurang drastis dan bahkan lenyap sama sekali. Namun sehebat apapun mimpi yang terukir, tak akan terwujud apabila tiada usaha dan keseriusan untuk mencapainya. Maka dari itu, keseriusan pemerintah untuk mewujudkannya sangat diharapkan demi terwujudnya Indonesia yang mencapai ketahanan pangan mutlak.

Sudah sepatutnya kita kembali bangkit untuk mewujudkan kembali era baru revolusi hijau di bumi pertiwi ini. Kendati revolusi hijau orde baru di Indonesia belum mampu untuk menghantarkan Indonesia menjadi sebuah negara yang berswasembada pangan secara tetap, bukan berarti hal yang sama akan terjadi apabila keseriusan pemerintah dalam menerapkan program ini telah matang. Bahkan, hal ini akan bisa meningkatkan ketahanan pangan negara kita lebih baik dari masa pak Harto.Sudah siapkah kita?

yah itu essay yang kami kirim dan kiranya dapat membantu sobat chemist buat menciptakan essay selanjutnya....
bye.....

contoh essay

Posted by : chemistman 0 Comments

- Copyright © CHEMISTMAN - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -

Hetalia: Axis Powers - Russia